Awal mula kata-kata PAKEM dikembangkan dari istilah AJEL (Active Joyfull
and Efective Learning). Untuk pertama kali di Indonesia pada tahun 1999
dikenal dengan istilah PEAM (Pembelajaran Efektif, Aktif dan
Menyenangkan).
Namun seiring dengan perkembangan MBS di Indonesia
pada tahun 2002 istilah PEAM diganti menjadi PAKEM, yaitu kependekan
dari Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan.
Namun
demikian jika dicermati dalam modul-modul pelatihan PAKEM,
landasan-landasan teori yang digunakan di dalamnya pada hakekatnya
adalah mengambil dari teori-teori tentang active learning atau
pembelajaran aktif.
Pendekatan belajar siswa aktif sebenarnya
sudah sejak lama dikembangkan. Konsep ini didasari pada keyakinan bahwa
hakekat belajar adalah proses membangun makna/pemahaman, oleh si
pembelajar, terhadap pengalaman dan informasi yang disaring dengan
persepsi, pikiran (pengetahuan yang dimiliki) dan perasaannya. Dengan
demikian siswalah yang harus aktif untuk mencari informasi, pengalaman
maupun keterampilan dalam rangka membangun sebuah makna dari hasil
proses pembelajaran.
Pengertian pembelajaran aktif sedikit
membingungkan. Hal tersebut dikarenakan setiap orang memberikan
pengertian yang berbeda-beda. Terlebih jika melihat hakekat belajar
sebagaimana disebutkan di atas yaitu proses membangun makna oleh si
pembelajar. Jadi mustahil siswa dikatakan belajar tetapi dia pasif sama
sekali.
Barangkali istilah pembelajaran aktif di sini lebih tepat
merupakan lawan dari pembelajaran konvensional. Pada pembelajaran
konvensional gurulah yang mendominasi semenatara pada pembelajaran aktif
siswalah yang lebih banyak melakukan aktivitas belajar. Kedua
pendekatan pembelajaran masih tetap ada keaktifan siswa, namun dalam
kadar yang berbeda. Secara kuantitatif depdiknas pernah menetapkan
dengan perbandingan 30% : 70%. Jika pendekatan konvensional
(implementasi kurikulum 1994 dan sebelumnya) teknik pembelajarannya
adalah 70% guru ceramah dan 30% siswa aktif melakukan kegiatan.
Sedangkan pada pembelajaran aktif (imlementasi dari kurikulum 2006)
teknik pembelajaran dilakukan dengan 70% siswa yang aktif melakukan
kegiatan dan guru hanya 30% saja.
Pembelajaran aktif adalah suatu
istilah yang memayungi beberapa model pembelajaran yang memfokuskan
tanggung jawab proses pembelajaran pada si pelajar. Bonwell dan Eison (
1991) mempopulerkan pendekatan ini ke dalam pembelajaran. Istilah active
learning ini sudah dikenal pada tahun 1980-an. Kemudian pada tahun
1990-an Association for the Study of Higher Education (ASHE) memberikan
laporan yang lebih lengkap tentang active learning. Dalam laporannya
tersebut mereka telah mendiskusikan berbagai metode pembelajaran untuk
memperkenalkan aktive learning.
Berikut pandangan dari para ahli
mengenai kegiatan, siswa, dan lingkungan belajar active learning yang
dipaparkan oleh Missouri Department of Elementary and Secondary
Education Missouri Department of Elementary and Secondary Educationdalam
http://schoolweb.missouri.edu/stoutland/elementary/active_learning.htm,
sebagai berikut:
a. Silberman, M (1996) menggambarkan saat
belajar aktif, para siswa melakukan banyak kegiatan. Mereka menggunakan
otak untuk mempelajari ide-ide, memecahkan permasalahan, dan menerapkan
apa yang mereka belajar. belajar aktif adalah mempelajari dengan cepat,
menyenangkan, penuh semangat, dan keterlibatan secara pribadi…untuk
mempelajari sesuatu dengan baik, harus mendengar, melihat, menjawab
pertanyaan, dan mendiskusikannya dengan orang lain. Semua itu diperlukan
oleh siswa untuk melakukan kegiatan – menggambarkannya sendiri,
mencontohkan, mencoba keterampilan, dan melaksanakan tugas sesuai dengan
pengetahuan yang telah mereka miliki.
b. Glasgow (1996) siswa
aktif adalah siswa yang bekerja keras untuk mengambil tanggung jawab
lebih besar dalam proses belajarnya sendiri. Mereka mengambil suatu
peran yang lebih dinamis dalam memutuskan apa dan bagaimana mereka harus
mengetahui, apa yang harus mereka lakukan, dan bagaimana mereka akan
melakukan itu. Peran mereka kemudian semakin luas untuk self-management,
dan memotivasi diri untuk menjadi suatu kekuatan lebih besar di yang
dimiliki siswa.
c. Modell dan Michael (1993) Menggambarkan suatu
lingkungan belajar aktif adalah lingkungan belajar di mana para siswa
secara individu didukung untuk terlibat aktif dalam proses membangun
model mentalnya sendiri dari informasi yang telah mereka peroleh.
d.
UC Davis TAC Handbook, Active Learning adalah suatu pendekatan
pembelajaran yang melibatkan siswa untuk menjadi guru bagi mereka
sendiri. Active learning adalah suatu pendekatan bukan metode.
Menurut
Joel Wein (1997:1) mendefinisikan active learning adalah nama suatu
pendekatan untuk mendidik para siswa dengan memberikan peran yang lebih
aktip di dalam proses pembelajaran. unsur umum di dalam pendekatan ini
adalah bahwa guru dipindahkan peran kedudukannya dari yang paling
berperan depan suatu kelas dan mempresentasikan materia pelajaran;
menjadi para siswa lah yang berada pada posisi pengajaran diri mereka
sendiri, dan guru diubah menjadi seorang pelatih dan penolong di dalam
proses itu.
Akhirnya pada tahun 2004 sebagaimana dikatakan oleh Mayer
(2004) dalam wikipedia di
http://en.wikipedia.org/wiki/active_learning#column-one strategi seperti
“active learning” sudah berkembang luas
hampir pada semua kelompok
teori yang mengenalkan tentang pembelajaran yang mana siswa dapat
menemukan sendiri. Bruner pada tahun 1961 pernah menjelaskan bahwa
asalkan siswa sudah terlibat dalam proses pembelajaran, kemudian dapat
mengingat kembali informasi yang telah diberikan sebelumnya, itu sudah
dikatakan siswa aktif. Tetapi penjelasan itu ditentang oleh Mayer
(2004); Kirschner, Sweller, and Clark, (2006) yang pada intinya
mengatakan bahwa aktif menjelaskan bahwa siswa aktif tidak hanya sekedar
hadir di kelas, menghafalkan dan akhirnya mengerjakan soal-soal di
akhir pelajaran. Siswa harus terlibat aktif baik secara fisik maupun
mental. Siswa semestinya juga aktif melakukan praktik dalam proses
pembelajaran.
Bonwell dan Eison (1991) dalam wikipedia di
http://en.wikipedia.org/wiki/active_learning#column-one memberikan
beberapa contoh pembelajaran aktif seperti pembelajaran
berpasang-pasangan, berdiskusi, bermain peran, debat, studi kasus,
terlibat aktif dalam kerja kelompok, atau membuat laporan singkat dan
sebagainya. Disarankan agar guru menjadi pemandu sepanjang tahap awal
pembelajaran, kemudian biarkan anak melakukan praktik keterampilan baru
kemudian memberikan informasi-informasi baru yang belum diketahui siswa
selama pembelajaran. Disarankan penggunaan active learning pada saat
siswa telah mengenal materi sebelumnya, dan mereka telah memiliki suatu
pemahaman yang baik manyangkut materi sebelumnya.
Berdasarkan uraian
di atas dapat disimpulkan bahwa active learning adalah suatu pendekatan
pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk berperan
lebih aktif dalam proses pembelajaran (mencari informasi, mengolah
informasi, dan menyimpulkannya untuk kemudian diterapkan/ dipraktikkan)
dengan menyediakan lingkungan belajar yang membuat siswa tidak tertekan
dan senang melaksanakan kegiatan belajar.
PAKEM dimaksudkan bahwa
dalam proses pembelajaran guru harus menciptakan suasana sedemikian rupa
sehingga siswa aktif bertanya, mempertanyakan, dan mengemukakan
gagasan. Belajar memang merupakan suatu proses aktif dari si siswa dalam
membangun pengetahuannya, bukan proses pasif yang hanya menerima
kucuran ceramah guru tentang pengetahuan. Sehingga jika pembelajaran
tidak memberikan kesempatan kepada siswa untuk berperan aktif, maka
pembelajaran tersebut bertentangan dengan hakekat belajar (Sediono, dkk.
2003: 34).
Pembelajaran Kreatif yaitu pembelajaran yang
mendorong siswa untuk melakukan proses pembelajaran yang kreatif. Jerry
Wennstrom (2005) mengatakan proses kreatif adalah suatu format explorasi
yang berbeda dari yang lain, yaitu proses yang dihubungkan dalam
pengalaman hidup dan bukan merupakan suatu model umum. Proses
pembelajaran yang kreatif adalah adalah suatu tindakan untuk penemuan
terus menerus, penggalian yang mendalam dengan hati, pikiran dan
semangat untuk mendapatkan keindahan dan pengalaman baru yang dapat ia
rasakan (http://www.handsofalchemy.com). Menurut Jerry Wennstrom ini,
proses belajar dikatakan kreatif bukan dilihat dari orang lain, namun
lebih dilihat dari si-pelaku belajar sendiri. Dalam proses belajar
apakah siswa telah menggunakan seluruh kemampuannya untuk memperoleh
keindahan dan pengalaman baru. Keindahan dan pengalaman baru tersebut
hanya bisa dirasakan oleh siswa itu sendiri. Dengan demikian proses
kreatif antara siswa yang satu dengan yang lainnya berada pada takaran
yang berbeda-beda.
Sebagaimana telah dijelaskan di atas bahwa PAKEM
adalah akronim dari Pembelajaran yang Aktif, Kreatif, Efektif dan
Menyenangkan. Peran aktif dari siswa sangat penting dalam rangka
pembentukan generasi yang kreatif, yang mampu menghasilkan sesuatu untuk
kepentingan dirinya dan orang lain. Kreatif juga dimaksudkan agar guru
menciptakan kegiatan belajar yang beragam sehingga memenuhi berbagai
tingkat kemampuan siswa.
Menyenangkan adalah suasana belajar mengajar
yang menyenangkan sehingga siswa memusatkan perhatiannya secara penuh
pada belajar sehingga waktu curah perhatiannya (time on task) tinggi.
Menurut hasil penelitian, tingginya waktu curah terbukti menaingkatkan
hasil belajar. Seperti dikatakan oleh Muhhammad Rasyid Dimas bahwa
memetik senar kegembiraan pada anak akan memunculkan keriangan dan
vitalitas dalam jiwanya. Hal itu juga akan menjadikan si anak selalu
siap untuk menerima perintah, peringatan, atau bimbingan apapun. Menabur
kegembiraan dan keceriaan pada anak akan membuatnya mampu
mengaktualisasikan kemampuannya dalam bentuk yang sempurna (Tate
Qomaruddin. 2005:19).
Keadaan aktif dan menyenangkan tidaklah cukup
bila proses pembelajaran tidak efektif, yaitu tidak menghasilkan apa
yang harus dikuasai siswa setelah proses pembelajaran berlangsung. Jika
pembelajaran hanya aktif dan menyenangkan tetapi tidak efektif, maka
pembelajaran tersebut tak ubahnya seperti bermain biasa. Pembelajaran
yang menyenangkan ditandai dengan besarnya perhatian siswa terhadap
tugas sehingga hasil belajar (tujuan pembelajaran) meningkat. Selain itu
dalam jangka panjang diharapkan siswa menjadi senang belajar untuk
menciptakan sikap belajar mandiri sepanjang hayat (life long learn).
Secara garis besar PAKEM dapat digambarkan sebagai berikut:
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Posting Komentar Blogger Facebook